n

Suami saya adalah seorang insinyur, saya mencintai sifat apa adanya yang alami dan menyukai perasaan hangat yang muncul ketika saya bersandar di-dadanya yang bidang. 3 tahun masa pacaran dan 5 tahun masa-masa pernikahan hingga saat ini. Sekarang saya harus akui, bahwa saya mulai merasa lelah dengan semua ini, alasan-alasan saya mencintainya pada waktu dulu, telah berubah menjadi sesuatu yang tak menakjubkan lagi.

Saya seorang wanita yang sentimentil, benar-benar sensitif dan berperasaan halus, saya merindukan saat-saat romantis seperti seorang anak kecil yang menginginkan permen. Sering saya berfantasi dan membayangkan suami saya bisa menjadi seperti pria-pria romantis di­ film-film, bahkan membanding-bandingkannya dengan mantan pacar-pacar saya yang terdahulu. Namun suami saya bertolak belakang, rasa sensitifnya kurang, ketidakbecusannya menciptakan suasana romantis dalam pernikahan kami telah mematahkan harapan saya tentang cinta. Dia orang yang terlalu apa adanya & jauh dari romantis. Suatu hari, akhirnya saya memutuskan untuk mengatakan kepadanya, bahwa saya menginginkan perceraian.
“Mengapa?”, dia bertanya dengan terkejut. “Saya lelah, kamu tak pernah mau mengerti keinginanku”, jawab saya. Dia terdiam dan termenung sepanjang malam. Kekecewaan saya semakin bertambah, seorang pria yang bahkan tidak dapat mengekspresikan perasaannya, apalagi yang saya bisa harapkan darinya? Dan akhirnya dia bertanya, ” Apa yang dapat saya lakukan untuk merubah pikiranmu?”
Seseorang berkata, mengubah kepribadian orang lain sangatlah sulit dan itu benar, saya pikir, saya mulai kehilangan kepercayaan bahwa saya bisa mengubah pribadinya. ” Saya punya pertanyaan untukmu, jika kamu dapat menemukan jawabannya, saya akan merubah pikiran saya”. Saya menatap matanya dalam-dalam dan berkata “Seandainya, saya menyukai setangkai bunga yang ada di tebing gunung curam & kita berdua tahu jika kamu memanjat gunung itu, kamu akan mati. Apakah kamu akan melakukannya untukku?” Dia terdiam cukup lama… dan berkata, “Saya akan memberikan jawabannya besok.” Huuh…Hati saya jengkel sekali mendengar responnya.

Esok paginya, dia tak ada dirumah, dan saya melihat selembar kertas dengan coret-2an tangannya dibawah sebuah gelas berisi susu hangat yang bertuliskan : “Istriku Sayang… ‘AKU TIDAK MAU MENGAMBILKAN BUNGA ITU UNTUKMU’, tetapi ijinkan saya untuk menjelaskan alasannya.” Ya TUHAN, jawaban-nya itu menghancurkan hati saya. Saya lanjutkan untuk membaca kembali :
“Kamu sering mengetik di komputer dan selalu mengacaukan program di PC-nya dan akhirnya menangis didepan monitor, aku harus memberikan jari2-ku supaya saya bisa menolongmu untuk memperbaiki programnya. “

“Kamu selalu lupa membawa kunci rumah ketika kamu keluar rumah, dan aku harus memberikan kakiku supaya bisa mendobrak rumah, membuka pintu untukmu. “
“Kamu suka jalan-2 ke luar kota tetapi selalu nyasar di tempat-2 baru yang kamu kunjungi, aku harus menjemputmu, atau memberikan mataku mengarahkanmu saat kamu menyetir mobil. “
“Kamu selalu pegal-2 pada waktu “teman baikmu” datang setiap bulannya, saya harus memberikan tanganku untuk memijat kakimu yang pegal. “
“Kamu senang diam didalam rumah, dan aku kuatir kamu akan jadi “aneh”. Sehingga aku harus memberikan mulutku untuk ceritakan humor dan cerita-2 untuk menyembuhkan kebosananmu. Serta mengajar banyak hal tentang berita2 perkembangan dunia, agar kamu bisa terus mengikutinya. “
“Kamu senang membaca banyak buku dan itu tak baik untuk kesehatan matamu, aku harus menjaga mataku agar saat kita tua nanti, aku masih dapat menolong menggunting kukumu dan mencabuti ubanmu, atau memegang tanganmu menelusuri pantai, menikmati sinar matahari dan pasir laut yang indah, menceritakan warna-2 bunga kepadamu yang bersinar indah seperti wajah cantikmu. “
“Sayangku, aku begitu yakin tak ada orang yang lebih mengenalmu selain diriku dan tak ada yang mencintaimu lebih dan aku mencintaimu. Aku ingin menjagamu dan bersamamu selalu. Karena itu, aku tak akan mengambil bunga itu lalu mati & tak bisa lagi bersamamu… aku ingin menemanimu seumur hidupku, hingga usai masa, hingga akhir segala sesuatu, percayalah…aku mengasihimu lebih dari yang kamu duga!”
Air mata saya jatuh ke atas tulisannya, membuat tintanya menjadi kabur. Saya terlalu menuntutnya menjadi seorang yang bukan dirinya. Lalu, saya membaca kembali, “Dan sekarang sayangku, jika kamu telah selesai membaca jawabanku, jika kamu puas dgn semua jawaban ini, tolong bukakan pintu rumah kita, aku sekarang sedang berdiri disana dengan susu segar dan roti bakar kesukaanmu?”
Saya segera membuka pintu dan melihat wajahnya yang penasaran sambil tangannya memegang susu dan roti. Oh, saya percaya, tidak ada org yang pernah mencintai saya seperti yang dia lakukan dan saya tahu harus melupakan “romantisme film2″ itu sendiri. Saya berjanji takkan pernah lagi memaksanya memetik “bunga” itu, saya akan mencintai cintanya yang tulus, jujur dan apa adanya meski terlihat kurang romantis
Itulah kehidupan, ketika seseorg dikelilingi cinta, kemudian perasaan itu mulai berangsur2 hilang dalam perkawinan, karena sering kita abaikan pengorbanan2 kecil sehari2 dan cinta sejati yang berada diantara kedamaian dan kesepian. Cinta menunjukkan berbagai macam bentuknya, bahkan dalam bentuk yang sederhana, sangat kecil dan dangkal, atau bahkan tak berbentuk dan bisa juga dalam bentuk yang tidak kita ingini.
Bunga, Perhatian, Saat2 yg Romantis, Sapaan lembut, dsb, hanyalah bentuk awal dari suatu hubungan jangka panjang. Diatas semuanya itu, Pilar Cinta Sejati berdiri kokoh justru melalui pengorbanan2 kecil setiap hari, Pengorbanan2 sederhana yang jarang kita sadari dan hargai keberadaannya, namun sungguh bermakna.



Sumber

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.