n

Trend 2014, menjadi Google Doodle Menyambut Tahun Baru
Hari ini tanggal 31 Desember 2014 merupakan hari penghujung di tahun 2014, nanti malam tepat pukul 24.00 merupakan awal tahun 2015. Biasanya menjelang malam pergantian tahun baru banyak acara kegiatan untuk menyambut datangnya tahun baru tersebut. Seperti halnya mesin pencarian raksasa google tidak ketinggalan, untuk menyambut datangnya tahun baru halaman pertama google hari ini menampilkan Google Doodle yang mengambil tema Trend 2014.

Google doodle trend 2014 dimunculkan untuk mengingatkan kita peristiwa-peristiwa yang menjadi trending topik di tahun 2014.

Dimulai saat membuka halaman utama Google ditunjukkan dengan animasi sederhana yang memunculkan kata Google, kemudian dari huruf O kedua, mendadak muncul ikon flappy bird yang menandai permainan ini menjadi momen paling diperbincangkan di tahun 2014.

Tidak hanya Flappy Bird. Muncul pula bola yang menggelinding, yang menggambarkan turnamen Piala Dunia 2014 yang diadakan 4 tahun sekali ini, menjadi hal yang paling ramai dibicarakan.

Selain itu ada pula wahana pendarat Philae yang ditampilkan membentuk angka 0 dalam susunan kata 2014. Philae memang menjadi fenomena tersendiri karena berhasil mendarat di permukaan komet pertama kali sepanjang sejarah peradaban manusia.

Ada juga guyuran pada angka 2 dalam kata 2014. Ini menggambarkan ALS Ice Bucket Challenge yang melibatkan para pesohor, para bintang Hollywood, politisi dan olahragawan di seluruh dunia menjadi bagian trend di tahun 2014.

Di Indonesia, malam tahun baru dirayakan dengan berkeliling kota menggunakan mobil dan sepeda motor ataupun berkumpul di lapangan terbuka untuk menanti detik-detik pergantian tahun sambil meniupkan terompet.

Selamat Tahun Baru 2015.

Demi pengobatan anaknya yang sakit, seorang ayah akan melakukan segala cara untuk mendapatkan biaya pengobatan demi kesembuhan buah hatinya.

Itupula yang dilakukan Xia Jun 30 tahun, seorang pria asal Sichuan, China. Begitu besar biaya yang harus ditanggung Xia Jun untuk pengobatan anaknya Guo Guo (2) yang divonis menderita leukemia. Meski sudah menjual rumahnya di kampung dan meminjam sejumlah uang, itu belum cukup untuk menutup biaya perawatan Guo Guo.

Pada bulan Oktober tahun lalu, Guo Guo didiagnosis sebuah rumah sakit di Provinsi Sichuan mengidap leukemia. Pihak rumah sakit menyarankan Xia Jun agar membawa putranya ke Beijing untuk mendapatkan perawatan lebih intensif.


Demi anak rela jadi arung tinju jalanan
Pada Juli lalu, Xia Jun, istri, dan ibu mertuanya membawa Guo Guo ke Beijing dan menemui tiga dokter berbeda. Para dokter itu menyarankan transplantasi sumsum tulang belakang untuk menyelamatkan Guo Guo.

Pada 17 November lalu, Guo Guo sudah menjalani transplantasi sumsum tulang belakang dan kini tengah menjalani masa pemulihan. Namun, biaya pengobatan bocah itu mencapai lebih dari 700.000 yuan atau sekitar Rp 1,4 miliar.

Demi anak rela jadi arung tinju jalanan
Akhirnya, Xia Jun nekat untuk mencari donasi dari warga Beijing. Dia kemudian berdiri di salah satu sudut kota Beijing, menaruh kotak sumbangan di depannya, berisi hasil diagnosis rumah sakit terkait kondisi Guo Guo.

Xia Jun juga menuliskan sederet kalimat di baju putihnya berbunyi, "Karung tinju manusia, satu pukulan 10 yuan". Artinya, Xia Jun menyediakan diri untuk dipukul siapa pun yang melintas asal setelah memukul orang itu memberi donasi 10 yuan atau sekitar Rp 20.000.

Ternyata, aksi Xia Jun itu menarik perhatian sekaligus menyentuh hati warga Beijing. Hampir setiap orang yang melintas memberikan donasi bagi pria itu. Bahkan, lewat aksi ini, Xia Jun mampu mengumpulkan 800.000 yuan, lebih dari cukup untuk membayar biaya pengobatan putra kecilnya.

Wang Jingbo, dokter yang merawat Guo Guo, mengatakan, meski sudah menjalani transplantasi sumsum tulang belakang, Guo Guo harus melalui masa kritis selama dua setengah tahun. Dalam masa itulah, Guo Guo akan mengalami tiga tahap penolakan, infeksi, dan kambuhnya penyakit.

Demi anak rela jadi arung tinju jalanan
"Namun, karena usianya yang masih sangat muda, tahun pertamalah yang paling menentukan. Pengobatan selanjutnya akan memakan biaya 400.000 yuan (hampir Rp 800 juta)," kata dr Wang.

"Masalah terbesar sudah teratasi. Saya merasa tidak enak jika harus terus menerima pemberian orang lain," kata Xia Jun mengomentari aksi nekatnya itu.

Tak hanya mendapatkan uang untuk biaya pengobatan, kini kondisi Guo Guo menarik perhatian warga Beijing sehingga banyak dari mereka yang menengok bocah itu di rumah sakit.

"Banyak orang baik datang menengok putra saya di rumah sakit. Terkadang dalam sehari kami menerima 20 kunjungan. Telepon saya terus berdering hingga kehabisan tenaga baterai. Saya mungkin banyak melewatkan panggilan telepon," ujar Xia Jun.

Para penyumbang Guo Guo terdiri dari berbagai kalangan, mulai dari pelajar, guru, pegawai negeri, hingga pengusaha. Bahkan, beberapa di antara mereka bersedia membantu Guo Guo pada masa depan.


Sumber | Teras Berita

Chamath Palihapitiya
Chamath Palihapitiya (Foto:marketwatch)
New York- Ungkapan uang tak menjamin kebahagiaan kini tampak dibenarkan banyak orang kaya. Salah satunya adalah pengusaha super kaya Chamath Palihapitiya yang merasa kekayaan tak membuatnya hidup bahagia.

Mengutip laman Business Insider, Senin (1/12/2014), dulunya, pendiri Social+Capital Partnership ini merupakan imigran asal Kanada ini hidup jauh dari kekayaan dan tinggal bersama ayahnya yang tidak memiliki pekerjaan. Merasa diabaikan oleh teman-temannya yang kaya, sejak kecil Palihapitiya hanya mengejar satu impian.

Mimpinya hanya satu, mencoba sebisa mungkin untuk tidak hidup miskin. Dia juga pernah terobsesi untuk menjadi salah satu miliarder ternama di dunia.

"Saya hidup sangat miskin. Saya pernah sangat-sangat ingin menjadi kaya. Tapi itu dulu, saat saya ingin dunia berkembang seperti yang saya inginkan," kisahnya.

Mungkin karena obsesinya, Palihapitiya dengan cepat menjadi salah satu pengusaha teknologi paling sukses dalam usia sangat muda. Saat baru menginjak 26 tahun, dia menjadi Vice President termuda sepanjang sejarah AOL.

Dia juga pernah bekerja di Facebook pada 2007 dan menjadi eksekutif senior terlama yang bekerja di perusahaan tersebut.

Selama menjalani karirnya, dia benar-benar menjauh dari kemiskinan dengan harta hampir bernilai US$ 1 miliar.

Tapi saat dia berhasil menjadi kaya raya Palihapitiya justru merasa seluruh hartanya tak membuat dia bahagia. Padahal dulu dia berpikir, kekayaan dapat membuatnya merasa sangat bahagia.

Dia menjelaskan, jika dengan hartanya dia tidak bisa melakukan sesuatu yang lebih bermakna, maka dia tak akan pernah merasakan kebahagiaan sesungguhnya.

"Yang paling penting, saya sadar, bahwa saya perlu melakukan hal yang lebih berguna setelah menjadi kaya. Kaya hanyalah jembatan untuk melakukan sesuatu yang lebih besar dan dapat membantu orang lain," tandasnya.


Sumber | Liputan 6
Diberdayakan oleh Blogger.