n

Beritasejagat - Nata de coco alias sari kelapa banyak diminati sebagai minuman segar, terutama di bulan puasa. Karena tinggi serat dan rendah lemak, sari kelapa baik untuk pencernaan. Namun, sebaiknya waspada karena ada sari kelapa dicampur dengan boraks dan pemutih.
Boraks atau pijer digunakan sebagai pengawet nata de coco agar dapat bertahan hingga 2-3 bulan. Pasalnya, sari kelapa tanpa bahan pengawet menjadi basi dalam waktu seminggu saja. Konsumsi boraks dapat menyebabkan gangguan syaraf hingga kanker ginjal. Selain boraks, produsen juga sering menggunakan formalin.

Tak cuma pengawet non pangan yang digunakan dalam pembuatan sari kelapa. Tanpa pewarna, sari kelapa berwarna kuning kecokelatan. Agar terlihat menarik, produsen menggunakan hidrogen peroksida (H2O2) sehingga warnanya putih seperti daging kelapa. Jika stok sari kelapa tidak habis dan mulai berwarna kecokelatan, produsen memberi pemutih lagi.

Hidrogen peroksida adalah cairan bening yang agak lebih kental daripada air. Cairan ini digunakan sebagai pemutih, disinfektan, dan bahan bakar roket. Penggunaannya dalam kosmetik dan makanan tidak dibenarkan karena merupakan oksidator kuat serta bersifat korosif (mengikis). Zat ini dapat menggerogoti sistem kerja pencernaan.

Gejala seperti pusing, muntah, dan diare dapat terlihat jika mengonsumsi sari kelapa yang mengandung boraks dan hidrogen peroksida. Jika dikonsumsi dalam jangka panjang, sari kelapa berbahaya ini dapat bersifat karsinogenik (memicu kanker) dan mutagenik (merusak DNA).

Tim Reportase Investigasi Trans TV membeli 10 sampel sari kelapa dari berbagai kota di Pulau Jawa untuk diuji di laboratorium. Meski tidak ada yang mengandung boraks, terbukti bahwa 8 dari 10 sampel mengandung hidrogen peroksida. Ditambah dengan sampel utama yang mengandung boraks dan H2O2, persentase merek sari kelapa berpemutih mencapai 82%.

Sampel ini tidak hanya mencakup sari kelapa curah di pasar tradisional dan toko manisan, melainkan juga merek ternama yang dijual di swalayan. Lantas, bagaimana cara membedakan sari kelapa yang aman dan yang berbahaya? Pakar kuliner sehat dan alami, Wied Harry Apriadji, mengemukakan cirinya:

  • Perhatikan warnanya. Jika berwarna putih cerah, bisa jadi itu sari kelapa berpemutih. Pasalnya, sari kelapa tanpa pemutih berwarna agak kekuningan (broken white).

  • Tekstur asli sari kelapa memang kenyal, namun sari kelapa yang berbahaya terasa kenyal keras jika ditekan. "Kalau ditekan, teksturnya 'melawan', seperti sandal jepit," Wied mendeskripsikan.


(fit/odi)

 

Sumber

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.