n



SEORANG ayah sedang berjalan-jalan dengan dua orang anaknya di sebuah mart besar. Usianya sekitar 30-an. Dua orang anaknya, yang pertama perempuan tampaknya kelas 1 SD. Dan adiknya seorang laki-laki yang masih TK.

Laki-laki itu tampaknya seperti orang kebanyakan biasa saja. Memakai kaos oblong putih, dan celana jeans coklat. Di dagunya ada sedikit jenggot.

Ketika mereka melewati bagian es-krim, anak laki-laki TK-nya berkata, “Ayah, boleh ya aku makan es-krim itu? Teman-temanku suka pada beli di sekolah…”

Ayahnya melirik es-krim itu. Kemudian mengernyitkan dahi.

“Adek,” kata kakaknya yang masih SD itu. “Itukan produk Yahudi.”

Si adik tidak menggubris. Berkata lagi pada ayahnya. “Ayah boleh yaa? Sekali ini saja. Setelah itu nggak lagi-lagi…”

Ayahnya melirik si anak laki-laki. Kemudian tidak menjawab, dan melanjutkan jalannya.

“Jangan, Dek…” si kakak masih berkata.

Anak laki-laki itu masih terus merengek-rengek. Tapi si ayah hanya sesekali tersenyum pada anak laki-lakinya.

Setelah selesai berbelanja, di luar si ayah berkata pada anaknya. “Ini ayah belikan kamu minuman teh…”

Si anak masih terus merenggut.

Si ayah duduk menepi di luar mart itu. Dan berkata lagi, “Kamu tahu, jika kamu tidak makan es-krim itu, kamu bakalan mati ga?”

Si anak menggeleng.

“Kamu bakalan apa-apa nggak kalau nggak makan es krim itu?

Si anak menggeleng lagi.

“Nah, jika ayah membelikan kamu es krim itu, kamu tahu, akan ada anak-anak di Palestina yang seumuran kamu akan mati karena ditembak. Pelurunya itu dibeli dari hasil jualan es-krim itu lho…”

Anak itu diam. Masih merenggut, tapi ia tampak sudah tenang.

“Kamu bilang satu kali ini saja, tapi mungkin lain waktu lagi, kamu juga akan mengatakan seperti itu lagi…” si ayah tersenyum.

Si anak diam. Ia membuka tutup botol minuman tehnya. Menengguknya. Sementara kakaknya duduk di sampingnya dan mengatakan, “Sudah Dek, nanti Bunda akan membuat es-krim yang enak kalau nanti pulang kuliah…”



Sumber: Islampos.com

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.